Selasa, 20 Maret 2012

PIGURA CRICKET INDONESIA


Bravo untuk Cricket Indonesia. Sebuah perjuangan yang prestisius dan gemilang karena telah mengembangkan cricket ke seluruh Indonesia. Cricket kini menjadi salah satu olahraga yang memperkokoh keutuhan bangsa Indonesia. Bagaimana tidak, dalam kurun waktu yang relative singkat, Cricket Indonesia telah mengembangkan kriket ke seluruh Indonesia dan membuat cricket menjadi permainan masyarakat.

Prestasi yang lain akhirnya terus menambah kegemerlapan pundi-pundi penghargaan Cricket Indonesia dari International Cricket Council (ICC). Sebut saja, penghargaan EAP the best development programe  dua tahun berturut-turut dan sebagainya. Penyelenggaraan kejuarnas U15 pertama tahun 2009 merupakan feed back yang jelas dari masyarakat bahwa cricket di terima dan memiliki tempat di hati masyarakat. Enam belas provinsi ambil bagian dalam kejuaraan ini (Malang-Jatim absen). Permulaan yang gemilang, layak  diaplouse dan diacungi jempol. Ultra milk yang digandeng CI dalam program pengembangan di seluruh Indonesia ini merupakan sponsor utama dalam kujarnas U15 tahun 2009.

Cricket terus meransek maju dengan semangat yang menggelora dan tak terbendungi. Lamaran Cricket Indonesia untuk masuk dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) pun diterima dan menjadi lengkap prestasi Cricket di Indonesia. “Congratulation untuk semua tim Cricket yang telah berusaha keras dalam pengembangan criket di Indonesia. Crikcet telah di terima di KONI” damikian ungkapan luapan kegembiraan General Manager Cricket Indonesia, Prakash Vijaykumar.

PCI (Persatuan Cricket Indonesia) demikian sebutan untuk Cricket di KONI, langsung menggebrak semangat anak-anak bangsa Indonesia. Pada Juni 2010 kejuaraan nasional U17 dilaksanakan di Cibubur-Jakart Timur. Kejuaraan yang diikuti  oleh 12 provinsi dari seluruh Indonesia sangat meriah dan mengagumkan. Provinsi NTT, Irian Jaya,  Sulawasi Utara, Sulawesi Selatan, NTB, Bali, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten,Lampung ,  Utaran , Kalimantan Timur (yang Absen DKI Jakarta dan DI Aceh) merupakan provinsi yang telah mengikuti kejuaraan nasional  U17.

Jawa Barat masih menunjukan kehebatannya. Finalist kejurnas U15 tahun 2009 itu tetap memimpin hingga akhir kejuaraan U17 pada juni 2010 dan menjadi juara satu pada kejuaraan nasional U17 dan menyisihkan rival beratnya, Bali. Bali boleh di bilang cukup prestisius karena pada kjurnas U15 hanya bermain sampai pada ‘juara harapan-IV.’ Bali benar-benar bangkit dari tidur yang lelap dan meroket munuju runer up. NTT hanya bermain defensive mempertahankan prestasi yang ada, tetap berkutat pada posisi ke tiga mengalahkan Sulsel.
“Mempertahankan prestasi itu sulit, pak” demikian Chris Wake salah seorang pemain dari NTT berkomentar setelah mengalahkan Sulsel. “Tetap menjadi juara tiga adalah kebangaan bagi NTT” demikian salah seorang pemain NTT lain, menimpali.

NTT hanya bisa bangga pada situasi yang tidak berubah. Kehidupan seolah-olah statis dan keberhasilan hanyalah sebuah keberuntungan, kira-kira demikian interpretasi penulis terhadap jawaban defensively anak-anak NTT yang tidak dapat membuat perubanhan yang lebih prestisius. Tapi sisi lain, Cri ket Indonesia memberi penghargaan sebagai pelatih terbaik kepada pelatih dari NTT, Frengky Soni. Howzeettt….?!?>>>>> Not Out…!


HIGHLIGHT CRICKET DI NTT
Kalau Indonesia mau jujur, NTT adalah pusat pengembangan cricket yang sesungguhnya. Indikator utamanya adalah hampir seluruh pemain dan pelatih yang ada di Indonesia (pelatih senior) berasal dari NTT. Sebut Saja, Soni Bahana Hawoe, Zakaria Awang, Yeri Rosongna, Melven Ndoen, Fernandes Nato, Frengky Soni, Bernadus Eli, Henndrik Laka, Orlando Seo dan Soni 2.

Semua pelatih di atas telah berlanglang bauna ke seluruh penjuru nusantara bahkan berkiprah di kejuaraan Internasional. Hendrik Laka pelatih untuk Aceh dan Medan, Bernadus Eli pelatih untuk Kaltim, Yeri Rosongna pelatih untuk Lampung, Melven Ndoen pelatih untuk Jawa Barat, Frengky Shony pelatih ntuk Kupang, Soni Hawoe pelatih untuk Bali, Fernandes Nato untuk Labuan Bajo, Orlando dan Soni 2 merupakan pemain yang telah berlaga di tournament internasional.

Prestasi Managerial anak-anak NTT juga cukup membanggakan, Soni B.Hawoe menjadi East Indonesia Regional Development officer, Zakaria Awang pernah menjadi West Indonesia Regioanl development Officer, Yeri Rosongna sekarang menjadiRegional Delompment officer of West Indonesia.

Pada September 2009, Soni B.Hawoe menjadi pelatih untuk Timnas Indonesia pertama dan juga orang Indonesia pertama menjadi pelatih untuk Timnas Cricket Indonesia. Fernandes Nato, Yeri Rosongna, Bernadus Eli, Frengky Shony, Melven Ndoen, merupakan anak-anak NTT yang bergabung dalam squad tim nasional Indonesia. Mungkin sedikit terkesan nepotisme, tapi jujur Cricket mengedepankan profesionalisme dan obyektifitas. Selektornya adalah orang expatriate dari India dan Australia. 

Dalam kejuaraan  EAP trophy U17 di Vanuatu pada bulan September 2010, Frengky Shony di tunjuk oleh tim pelatih menajdi Arsitek timnas Indonesia dalam kejuaraan tersebut. Dari empat belas yang berangkat ke Vanuatu, empat diantaranya adalah anak-anak NTT, Cristian Toda, Cristoforus Wake, Maksi Koda,  etc. NTT selalu menghasilakan pemain yang berbakat.

Disisi lain, Fernandes Nato yang juga merupakan pemain senior timnas Indonesia, di pilih sebagai Captain untuk Jakarta Globe Tigers Cricket Club dalam kejuaraan Liga Cricket Jakarta. Club ini terdiri atas orang Indonesia semua. Pada liga tahun 2009/2010 JGTCC hanya mencapai pada runer up plate, berharap musim 2010/2011 bisa bermain lebih baik.

“Mengibarkan panji kemenangan di negeri orang dan membiarkan negeri sendiri terjajah” demikian analogi yang tepat untuk anak-anak NTT. Pada sisi lain prestasi gemilang, pada sisi lain keterpurukan mewabah. Anak-anak NTT cukup membanggakan di negeri orang, sebut saja Melven yang telah membawa Jabar menjadi juara dalam kejurnas Cricket di Indonesaia pada tahun 2009. Kontribusi bagi NTT tidak lebih dari nama baik ,tapi NTT sendiri tidak bisa berbuat lebih baik. Ada apa dengan mu negeri NTT ku tercinta?

Pikiran konteplatif menukik lebih dalam melahirkan kekaguman dan kesangsian. Anak-anak NTT berprestsi di negeri orang (kekaguman), negeri NTT terlantar di jajah orang (kesangsian). Sebut saja Labuan Bajo (Flores Cricket Association) , sejak tahun 2004, salah satu kejuaran semi internasional dan pada tahun 2006 menjadi tournament internasional ‘Bajo twenty20-Christie cup”  diadakan di Labuan  Bajo. Itu hanya berlangsung hingga 2009 dan pada tahun 2010 tournamen bergengsi itu lenyap ditelan bumi. HowzzZetttTt…?!?..>>> It’s out…!

Kalau tidak dapat membiayai tournament, ini bukan alasan yang tepat. Flores Cricket Association bukanlah tipe organisasi yang selalu bergantung pada orang-orang tertentu atau selalu bergantung pada Cricket pusat di Jakarta. Kejauaraan yang pernah berlangsung merupakan hasil kerja keras panitia local dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait. Sebut saja Moses Magong, Flori Sudirman, Sypri Phiton, Lawrence Jehani, Lambert Jeharu, Nando dan rekan-rekan lainnya, cukup gesit dan kreatif dalam menggalang dana dari sponsor.

Flores Cricket association sesungguhnya memiliki tiga tournament rutin setiap tahun dan dilaksanakan pada bulan yang berdekatan. Untuk Bajo twenty20 dilaksanakan pada bulan Juni, ini tournament orang dewasa. Untuk anak SD  dan SMP dilaksanak pada bulan Mei (Wilson Cup utk anak SD, Bupati Cup untuk anak-anak SMP). Pada tahun 2010 kejuaraan-kejuaraan ini tidak diadakan lagi.
Cricket seolah-olah lenyap dari bumi ‘congka sae-Manggarai-Flores-NTT,’ ditelan oleh keegoisan, diruntuhkan oleh kesombongan  dan ditidakberdayakan oleh keterbatasan. FCA merasa ditinggalkan, diabaikan dan diabadikan dalam tinta merah kegagalan perjalanan crcket di NTT...(be continue)

CRICKET, MENYEBRANGI HETEROGENITAS BANGSA INDONESIA


Berbeda-beda tapi satu itulah bangsa Indonesia. Satu tapi berbeda-beda itulah cricket Indonesia. Mungkin kalimat di atas susah untuk dipahami karena sekilas terlihat sama dan tidak memiliki perbedaan makan atau arti. Tapi, sesungguhnya memiliki perbedaan yang sangat jauh dan layak untuk diproblematisir.

Marthin Buber seorang Filsuf eksistensialis berpendapat, bahawa dalam relasi intersubjektivitas manusia harus mengedepankan relasi I-Thou, Saya-Anda, bukan I-It, Saya-Benda. Kecendrungan relasi I-It adalah relasi subje-objek sehingga mereduksi eksistensi orang lain menjadi benda dan orang lain kerap diekploitasi demi eksistensi Saya. Buber berpendapat relasi I-Thou merupakan relasi subjek dengan subjek, sehingga yang lain tidak dieksploitasi tetapi dihargai sebagaimana saya mau diperlakukan. Menurut Buber, bahwa dalam relasi I-Thou kita bisa menyaksikan kehadairan Allah melalui sesama.

Republik Indonesia memiliki kecendrungan relasi antar masnusia seperti yang ditawarkan Marthin Buber, I-Thou. Relasi I-Thou mengajarkan agar kita memperlakukan orang lain sebagaimana kita mau diperlakukan. Pemikiran seperti inilah yang telah menjadi ‘perekat’ keutuhn bangsa Indonesia yang sangat heterogen. Bhineka Tunggal Ika menjadi semboyan baku dan bila diutak-atik akan melahirkan prahara.  Tapi benarkah dengan mengeneralisasi keunikan dari setiap orang menjadi seperti saya sebagai solusi konkrit untuk mencegah conflik SARA di Republik para koruptor ini?

Pemikiran Buber dikritik oleh filsuf eksistensialis lainnya, Emanuel Levinas. Levinas berpendapat, bahwa bahwa mereduksi orang lain menjadi sama seperti saya merupakan kesalahan besar. Setiap pribadi itu unik adanya dan keunikan dari setiap pribadi harus dihargai.  Kecendrungan pemikiran Buber, menurut Levinas adalah menghilangkan keunikan-keunikan yang dimiliki orang lain sehingga orang lain menjadi sama seperti saya. Keliru besar!

Levinas menawarkan solusi yang lebih menghargai keunikan dari orang lain.  Kita harus melihat orang lain sebagai yang lain (the others), bukan sebagai sama seperti saya. Saya uniq adanya dan yang lain pun demikian. Belum tentu apa yang boleh diperlakukan kepada saya, boleh juga diperlakukan bagi yang lain. Ini yang menjadi pertimbangan levinas menegasi I-Thou yang ditawarkan Marthin Buber. Dengan mengahargai keunikan dari yang lain berarti kita dapat menerima perbedaan dan keunikan saya dan yang lain merupakan tanda kehadiran Allah.

Dasar pemikiran bahwa bangsa Indonesai adalah Satu tapi berbeda-beda merupakan konsep yang ditawarkan Emanuel levinas dalam menjalin relasi sesama anak bangsa ditengah heterogenitas yang kerap menibulkan konflik SARA. Berbeda-beda tapi satu (Bhineka Tunggal Ika) merupakan konsep yang ajeg. Berbeda-beda suku agama, ras dan golongan tapi satu yaitu Indonesia.
Pemikiran ini kerap mengeneralisir perbedaan yang ada dalam tubuh bangsa Indonesia, bahkan memiliki kecendrungan untuk direduksi ke dalam peradaban dan tradisi tertentu. Perekonomian misalnya, gaya hidup konsumtive di Jakarta selalu menjadi barometer gaya hidup untuk seluruh wilayah nusantara, tanpa mempertimbangkan sumber penghasilan di daerah-daerah lain yang sama sekali berbeda dengan Jakarta.

Gaya hidup korupsi para pejabat tinggi Indonesia yang tinggal di Jakarta juga telah menjadi budaya yang menjamur di daerah-daerah yang jauh dari Jakarta. Merebaknya korupsi disetiap daerah tidak menjadi hal yang terlalu mengagetkan karena kita mengedepakan kebhinekaan, berbeda-beda tapi satu. Kita boleh berbeda provinsi, kabupaten, suku, agama dan lainnya, tapi kita satu dalam budaya korupsi.

Bhineka tunggal ika yang menjadi legitimator kejahatan-kejahatan budaya birokrasi bangsa Indonesia  layak untuk diproblematisir dan didiskusi ulang. Satu tapi berbeda-beda, mungkin menjadi tawaran baru untuk menjadi semboyan bangsa Indonesia. Kita satu sebagai bangsa Indonesia, tapi kita tidak satu dalam segala hal, termasuk korupsi. Bila korupsi menjadi budaya usang yang terus menuntun masyarakat metropolitan, maka itu tidak menjadi barang tentu berlaku di daerah-daerah lain seperti Jogja, Bali, NTT dan sebagainya.

Satu tapi berbeda-beda merupakan cara baru untuk menghidupkan kembali kearifan-kearifan lokal bangsa Indonesia. Satu tapi berbeda-beda mengundang setiap pribadi suku dan lainnya di nusantara ini untuk kembali menghargai keunikannya sendiri dan menghargai keunikan-keunikan oarng lain. Di sini kemerdekaan itu akan benar-benar menjadi nyata dan tidak sekadar utopia seperti yang telah terjadi selama ini.

Ini bukanlah pemikiran profkatif dan tidak bertanggung jawab yang mampu menimbulkan disitegrasi bangsa. Pemikiran ini lebih kepada refleksi akan realita dan fenomena yang telah terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita telah telah dijajah oleh kebersamaan kita sendiri, kita telah dijajah oleh karena kita tidak dapat menghargai keunikan-keunikan dalam tubuh yang membentuk negara Republik Indonesia. Kita telah dijajah oleh pemikiran kita sendiri bahwa kita adalah sama sementara pada kenyataannya kita adalah unik dan berbeda. Marthin Buber telah berdosa berat karena telah menjerumuskan bangsa Indonesai ke dalam ngarai semboyan yang sarat maksiat (be contunue...) <nand>

MOMENTALITAS TIMNAS CRICKET INDONESIA


“Batu pecah  bukan karena dasyatnya tempaan terakhir, tapi merupakan akumulasi dari tempaan-tempaan sebelumnya”

Sangat utopis bila pemain TIMNAS cricket Indonesia berharap untuk memenangkan setiap kejuaraan regional cricket negara-negara lautan pasifik (ICC-EAP CUP). Skill saya tempatkan pada poin terakhir terhadap sebuah kekalahan (khususn untuk Timnas Cricket Indonesia), karena skill selalu tercipta dari keseringan berlatih dan keseringan berlaga—bukan dalam konteks individu tetapi sebagai sebuah TIMNAS, Tim Nasional Cricket Indonesia.

Dari beberapa pengalaman mengikuti kejuaraan ICC-EAP Cup, para pemain TIMNAS CRICKET Indonesia akan di panggil untuk mengikuti traning camp dan waktunya dua bulan menjelang kejuaraan. Waktu yang relative singkat untuk membangun kesolidan tim, baik dari sisi kerja sama, kekompakan, fitness, dan skill. Soliditas selalu terbentuk dari kesamaan persepsi terhadap sesuatu. Juara misalanya sebagai target. Untuk  membangun persepsi yang sama tentang JUARA, merupakan hal yang luar biasa sulit bagi TIMNAS Cricket Indonesia.
Pluralitas pemain TIMNAS memang menjadi salah satu alasan yang cukup mendasar terhadap beragamnya perspektif JUARA. Orientasi menjadi bagian dari Timnas Cricket Indonesia pun berwarna warni. Belum lagi tete-bengek lain yang kerap mengekor para pamain—perlakukan semua pemain itu sama.  Semua ini membentuk pemain-pemain di Timans Cricket Indonesia menjadi begitu utopis, meikirkan kemenangan yang begitu muluk dan bila kalah pasti ada yang menjadi kambing hitam.  

Banyak bowling yang jelek, fielding yang tidak agresif, KPI’S tidak berlaku, top five battsman fall erlier, dan semuanya berjalan berlalu seolah-olah tanpa ada yang tidak beres. Semangat mengibarkan sang merah putih menjadi kian redup ketika tiap kali berlaga selalu dipecundangi. Perjalanan bertanding ke luar negeri pun tidak lebih dari perjalanan wisata menikmati tempat-tempat baru dan sekedar menghabiskan ‘uang negara.’


Tidak Belajar Dari Pengalaman
Selalu mendapat penghargaan yang baik terhadap pengembangan Cricket di Indonesia untuk Cricket Indonesia merupakan hal yang lumrah dan tidak lebih dari sebuah candu. Saya katakana sebagai candu karena dengan ini pengembangan cricket di Indonesia begitu masif dan mengalahkan negara-negara lain. Tapi bila hal ini ditematisasi, Indonesia sesungguhnya  tidak pernah juara dan tidak layak mendapat award terhadap pengembangan. Presetasi selalu mengedepankan data-data--bisa  saja hasil manipulasi. Bila di lihat dari kenyataan di lapangan, minat orang terhadap Cricket kembali meredup. Jumlah yang dahulunya puluhan ribu, saya jamin  sebagaian besarnya hilang—entah disadari atau tidak yang pasti kita selalu punya alasan-alasn klise untuk membela diri.

Sama halnya dengan TIMNAS CRICKET, sangat momental. Momentalitas dari sebuah tim tidak pernah membentuk sebuah kesolidan. Setiap pemain tetap pada persepsinya masing-masing terhadap sebuah TIMNAS, sehingga untuk menjadi sang juara tetap menunggu ‘bintang jatuh dari langit’ dan berharap sebuah keajaiban terjadi. Menjadi pemenang atau menjadi pecundang merupakan hal yang tidak ada bedanya.

Mungkinkah Cricket Indonesia berpegang teguh pada prinsip Yin dan Yang, menjaga keseimbangan? Di sisi lain Cricket Indonesia menerima Award dalam pengembangan dan di sisi lain babak belur kalah terus dalam kejuaraan ICC-EAP CUP, dengan demikian Cricket Indonesia ‘stay on Balance.’ Stay on balance atau justru mengalami stagnasi?

Sesungguhnya Cricket Indonesia dalam hal ini TIMNAS Cricket Indonesia, tidak pernah belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. Seharusnya ada banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran untuk pembelajaran demi perbaikan ethos permainan  pemain dalam TIMNAS cricket Indonesia. Tapi berhubung TIMNAS CRICKET INDONESIA adalah momental, maka tidak mengagetkan bila selalu jatuh pada kesalahan-kesalahan yang sama, tidak solid, mudah menyerah, tidak disiplin, tidak bugar, dan poor skill.

Bila demikian gamblangnnya persoalan yang terus menjadi kendala terbesar bagi TIMNAS CRICKET INDONESIA dalam memetik kemenangan dalam setiap kejuaraan, adakah langkah konkrit yang akan dibuat untuk mengantisipasi terhadap kejuaraan-kejuaraan ICC-EAP CUP berikutnya  atau kita akan tetap berkutat pada permasalahan-permasalahan yang sama? Dalam waktu dekat ICC EAP CUP akan diselenggarakan, dan kita berharap keajaiban akan terjadi.


Fernandes Nato 
Jakarta, December 2010

NO PAIN, NO GAIN


Cricket di Indonesia terus melejit, membumbung angkasa, meretas batas-batas keterbatasan bangsa Indonesia. Polemik yang sengaja ‘diciptakan’ pemerintah Indonesia kian memupus harapan banyak orang  untuk berprestasi  di negeri para koruptor ini, dan (mungkin) telah kecewa menjadi  bagian dari bangsa Indonesia yang kian hari kian terpuruk dan (mungkin) akan segera ambruk.

Tapi, Cricket Indonesia memiliki cerita lain. Langkah nasionalisme bangsa Indonesia yang kian tergontai justru menjadi penyulut semangat  para atlet U19 Cricket Indonesia. Sebut saja, Eky Antaria © , Gema Fajar, Desandri, Ahmad Ramdoni, Lucky Angga Kusuma, ‘Pendekar’ Maulana, Muhamad Anjar, Muhaddis,  Gamantika, Agung, Gorav, Ishan Daniel, dan …tetap berani  menegakan kepala dengan semangat di dada demi mengibarkan sang merah putih di kancah Internasional.

Februari 2011 mendatang merupakan pertaruhan nama baik para Cricketers U19 terbaik bangsa Indonesia dalam sebuah kejuaraan Cricket tingkat Internasional di Queen’s Land-Australia. Mereka akan head to head  dengan beberapa negara lautan pasifik lainnya, seperti Jepang, Vanuatu, Papua New Guinie, dan Viji. Dalam beberapa pekan terakhir menjelang keberangkatan para atlet cricket U19 Indonesia melakuakn ‘Traning Camp’ di Cibubur, Jakarta Timur.

“Saya yakin, kali ini, para atlet U19 akan berbuat sesuatu yang lebih baik (mengacu pada kejuaraan sebelumnya yang kurang beruntung),” demikian sang arsitek asal Nusa Tenggara Timur, Yeri Rosongna menegaskan kepada penulis saat bertemu beberapa pekan lalu setelah Camp. Penulis pun berharap sang arsitek, Yeri Rosongna dapat menggenapi ‘firmannya’ untuk sesuatu yang terbaik bagi bangsa Indonesia yang haus akan prestasi.

Nyalakan Semangat Juangmu
No Pain, No Gain. Demikian sebuah pepatah kuno dari Inggris untuk  meringkas sikap semangat juang tinggi, kerja keras, disiplin, komunikatif, respek, dan bertanggung jawab dalam berbagai aspek kehidupan. Pepatah ini pun berlaku penuh  dalam permainan Cricket yang selalu mengedepankan semangat juang, bertanggung jawab, mengharagai orang lain serta mengapresiasi setiap prestasi, baik kawan maupun lawan.

Mestinya dengan kesadaran penuh engkau menyadari kemajemukan timmu. Pluralitas untuk dihargai, bukan untuk di cela. Ini pernyataan imperative, artinya wajib hukum untuk dijalankan.  Ingatlah, kekuatan bangsa Indonesia adalah keragamannya, dan kekutan tim cricket U19 persisi kekuatan bangsa Indonesia yaitu kemajemukan (plurallis). Dengan menyadari  ini sepenuhnya, maka kesalahan yang pernah dilakukan oleh pendahulumu tidak terulang. Atlet dari NTT berkomunitas sendiri, atlet dari Bali berkomunitas sendiri, atlet dari Jakarta berkomunitas sendiri, atlet dari Bogor berkomunits sendiri, reckless.

Jelas, hal ini tidak baik untuk sebuah tim. Kekuatan dari sebuah tim adalah kerja sama dan saling menyemangati, baik itu saat bertanding maupun saat berada diluar lapangan. Semangat adalah kata kunci untuk sebuah kemenangan dan jangan melepas tanggung jawab mu kepada yang lain. <nand>

Indonesian Tigers back to the 'Right Track'


Laga melawan Menara Cricket Club, kemarin Minggu 18/03/12, merupakan skor terbesar kedua yang pernah direngkuh KMV (Indonesian) Tiigers untuk musim ini. Sebelumnya skore terbesar pada match awal yaitu melawan GMIS XI, 198 runs.  Bermain hampir menyelesaikan over, 30,3 dari 35 over. Para Tigers muda semakin mampu menunjukan eksistensinya sebagai pemain yang dapat diandalakan dan diperhitungkan.

Alfaris atau paris atau Faris dengan partnership Toni, begitu percaya diri meladeni bola-bola yang cukup baik dari MCC. Boal bagus mereka tahan dan yang jelek, bang!
Mereka berdua merupakan pasangan yang layak untuk mendapat pujian tulus dari kita semua. Menurut saya, ini merupakan prestasi bagi Faris dan Tony. Biladapat menjaga konsistensi aga dapat bermain dengan percaya diri dan terus melakukan pelatihan individu yang rutin, niscaya kalian akan terus dipantau sebagai pemain yang layak masuk ke dalam nama-nama pemain nasional. Kerendahan hati dan low profile juga merupakan nilai lebih yang saudara berdua miliki.

Lucky juga melakuka dengan begitu baik kali ini, 4 wicket. Melvin dua wicket dan Pak Yeri tentunya tidak ketinggalan. Kata mereka, untuk fielding KMV tiger adalah yang terbaik teteapi belum cukup sabar dalam hala batting. Mungkin ini sebuah sanjungan, mungkin juga ejekan karena logika yang benar bahwa penampilan baik selalu berbanding lurus dengan pencapaian. Tidak apa kawans, kita harus mampu menunjukan karakteristik permainan kita sebagai anak nusantara.

Untuk hal fielding saya pikir team kita ini memang sangat baik, agresif. Tapi mari melihat sisi beattingnya. Kita masih perlu banyak belajar, khusunya pribadi saya. Saya terlalu tidak sabar, semua bola mau dilahap, padahal seharusnya bermain sabar agar bisa main sampai over selesai.

Yeri mungkin menerima keputusan yang sangat kontroversial kemarin. Pukulan six run yang dianulir, meninggalkan lapangan karena keputusan aneh dari seorang wasit yg tidak kredible. Lefty bowler dan righty batter dengan posisi berdiri di luar cruise lalu diputuskan out saat bola mengenai kaki depan yang nyata-nyata di luar garis. Yeri berdiri di Leg stump saat batting. Jelas ini sangat merugikan KMV Tigers.

Every leg side is wide dan itu tidak berlaku bagi umpire di match kemarin. Belum lagi ketidakjujuran para pemain Menara menambah derita KMV Tigers. Mereka mau menang dengan cara yang tidak hormat karen tidak jujur. Anyway, yesterday is gone, kita perlu menjaga asa untuk kembali membangun kesolidan team ini. Kita masih memiliki dua laga ke depan. Rebels and Indorama menunggu.

Saya pikir, Julio bisa langsung jadi wicket keeper atau teman pak Sachin sehingga Yeri bisa bowling dan melakukan tekanan yang lebih sengit kepada team lawan saat fielding. Kita butuh kemenagan dan saya yakin kita semua setuju itu. 

Terima kasih kawans atas loyalitas kita semua. Bila ada usul atau kritik yang sifatnya konstruktif atau membangun, saya pikir perlu disampaikan. Kita sangat mengakomodasi seluruh pemikiran dari kawan-kawan. Mari membuat team kita ini menuju arah yang lebih baik. Kalupun kalah dalam pertandingan tetapi semangat juang kita membuat kita semua melampaui eksistensi team yang lain. Selamat memasuki pekan baru, kawans, Kasih Tuhan limpah atasmu.(nand)